Berdinas di Idul Fitri, Adi Nasjaya Tetap Enjoy
Gelap masih menyungkup
bumi, saat Adi Nasjaya, petugas pengatur lalu lintas udara atau Air Traffic
Controller (ATC) di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) sampai di
kantornya. Pagi itu, Senin (28/7), persis di Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah,
dia bersama beberapa rekannya tetap bertugas memandu pesawat udara yang datang
dan berangkat dari bandara itu.
"Dinas pagi dari
jam 07.00 WIB hingga 13.00 WIB. Tapi sesuai SOP (standar operasional prosedur),
kami sudah harus di kantor paling lambat 06.30 WIB," sebut pria yang sudah
melakoni profesi itu sejak 15,5 tahun lalu.
Supaya tidak
terlambat, dia berangkat lebih pagi dari rumahnya. Biasanya dia bangun
sebelum suara azan subuh memanggil. Di hari kemenangan tersebut, dia malah
bangun pukul 04.00 WIB.
Menjalani tugas di
hari kemenangan bukan sesuatu yang baru bagi suami dari Lusiyana. Tahun ini
merupakan kali ketiga dia berdinas persis di hari nan fitri. "Pertama
kalinya tahun 2011. Kemudian 2012, saya juga dinas di hari H, tapi lebih kepada
monitoring di bandara, sedangkan tahun ini merupakan ketiga kalinya dinas di Lebaran,"
sebut ayah dari M. Rakha Nasjaya dan Syifa Insani Nasjaya.
Jika ditanya sedih,
tentu dia sedih. "Tapi tugas prioritas," tegasnya. Namun, tahun ini dia
terbilang beruntung, karena masih bisa ikut Shalat Idul Fitri. "Di divisi
saya, Padang Approach ada tiga petugas yang dinas
pada satu shift. Satu bertugas
sebagai controller, satu assistent controller , dan satu lagi
bebas. Kemudian assistent naik jadi controller dan seterusnya sampai jam
dinas berakhir," ceritanya.
Kebetulan pas jam
Shalat Id, Adi mendapatkan posisi yang bebas, sehingga bisa menikmati indahnya
melaksanakan shalat yang sangat dinantikan kaum muslimin tersebut.
"Kebetulannya masjidnya juga dekat, ya
bisa ikutan Shalat Id," ujarnya penuh syukur.
Untungnya lagi, isteri
dan anak-anaknya sangat pengertian. Meski sudah tiga kali Lebaran tidak pernah
berkumpul di hari pertama Idul Fitri, mereka tidak pernah protes. "Pada
2012 lalu, saya memboyong mereka dinas di terminal," bebernya.
Pengertian keluarganya
menjadi sebuah semangat selain dari rekan sesama ATC di Air Nav Indonesia atau
Perum Lembaga Penye lenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan di Indonesia
(LPPNPI) yang kini menaungi para ATC setelah berpisah dari PT Angkasa Pura II. "Biasanya kami
bergiliran dengan rekan-rekan ATC untuk berdinas di Hari Raya Idul Fitri.
Prioritas pada rekan yang jarang cuti," beber kelahiran Palembang, 8
Januari 1977.
Bukan cita-cita
Menjadi ATC diakuinya
bukan menjadi cita-citanya di masa kecil. Yang pasti, setelah SMA, dia hanya
ingin melanjutkan pendidikan tanpa biaya atau paling tidak tidak banyak
mengeluarkan biaya.
Itu ditemukannya di
STPI Curug, Tangerang. Bersama rekan-rekan seangkatannya, dia pergi ke sana dan
mengambil formulir. Ada tiga jurusan yang ditawarkan, yakni Pilot, Teknisi, dan
Penilik Lalu Lintas Udara (PLLU) yang kini dikenal sebagai ATC. "Setelah
ambil formulir, saya konsultasi sama orang tua. Kebetulan ayah saya seorang teknisi
pesawat udara. Setelah mendapatkan penjelasan, saya yakin memilih PLLU,"
bebernya.
Dia memilih PLLU,
karena itu yang dinilainya pas untuk dirinya. "Memilih jadi pilot, tinggi
saya tidak cukup. Sedangkan pilih teknisi, saya tidak paham tentang listrik,"
ujarnya.
Ternyata pilihannya
tidak sia-sia. Semua rangkaian tes, mulai dari tes akademik,
kesehatan, psikotes, dan wawancara dapat dia lewati dengan baik.
Jadilah dia memulai kuliah di STPI pada 1996 yang ketika itu masih dikenal
sebagai PLP Curug. "Saya lulus 1998 dan langsung ditempatkan di Sorong,
Papua," urainya.
Selama tujuh tahun di
sana, dia kemudian dipindahkan ke BIM yang saat itu masih dibawah naungan PT
Angkasa Pura II BIM. "Sejak Januaria 2006 hingga kini, saya dinas di BIM
dan tiga tahun terakhir selalu dinas di Hari H Idul Fitri," ujarnya.
Namun, dia tidak
mengeluh, karena kembali ditegaskannya, kerja adalah prioritas dan juga ibadah.
Dia sendiri senang menjalani tugasnya. Apalagi, setelah itu dia juga bisa
berlebaran bersama keluarga dan rekan-rekannya. (yuni)
Komentar
Posting Komentar