Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Di SDN 23 Tua Peijat : Satu Ruang, Dua Kelas

Gambar
Satu ruangan yang jadi dua kelas. (ist) Tua Peijat-  Hari itu Rabu (1/10), udara Tua Peijat, ibukota Kepulauan Mentawai yang panas tiba-tiba berubah mendung diiringi hujan deras. Di SD 23 Tua Peijat, anak-anak yang sudah istirahat kembali ke kelasnya masing-masing. Ditengah curahan hujan yang berbunyi keras di atap sekolah, sayup terdengar dua suara dari kelas paling ujung SD yang terletak di kilometer 10. Suara itu bukanlah suara orang sedang bercakap-cakap, melainkan suara guru mengajar. "Baik anak-anak, silahkan buka buku kalian. Hari ini, Bapak akan memberikan pelajaran tentang bilangan prima,” ujar salah satu dari dua suara tadi dengan lantang. “Kalian tahu apa itu bilangan prima? Bilangan prima adalah bilangan yang bisa dibagi dengan bilangan satu dan bilangan itu sendiri,” sambungnya lagi. Sementara, suara satu lagi lebih halus dan bersahaja. “Bagaimana anak-anak, sudah dipelajari soal-soal di dalam LKS bahasa Indonesia yang Ibu berikan waktu itu,” ujar su

KOTA PADANGKU TERCINTA

Gambar
Bus kota dan Trans Padang. (Net) Hari ini, Kamis, 7 Agustus 2014, tepat 345 tahun usia Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, tempatku lahir dan dibesarkan. Angkanya cantik, tapi nasibnya mungkin tidak secantik angka peringatan kelahirannya tahun ini. Mengapa? Lihatlah kota ini sejak beberapa tahun terakhir. Semberaut! Terutama di Pasar Raya Padang. Jalanan di dalam pasar, penuh sesak oleh pedagang yang berjualan. Mereka tidak sungkan untuk merangsek ke badan jalan. Sudah barang tentu, kendaraan jadi sulit melintas. Jangankan kendaraan roda empat, sepeda motor saja harus ‘merangkak’ untuk bisa menembus padatnya jalan. Banyak warga kota yang mengaku jadi enggan ke pasar yang dulu sangat terkenal itu. Mereka lebih memilih berbelanja ke mall atau swalayan yang kini memang mulai menjamur di kota ini. Itu baru satu persoalan. Masalah lainnya adalah payung ceper dan pondok ceper di pinggir Pantai Padang yang meresahkan banyak pihak. Wisata keluarga yang dulu digadang-gadang bakal

Berdinas di Idul Fitri, Adi Nasjaya Tetap Enjoy

Gambar
Gelap masih menyungkup bumi, saat Adi Nasjaya, petugas pengatur lalu lintas udara atau Air Traffic Controller (ATC) di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) sampai di kantornya. Pagi itu, Senin (28/7), persis di Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah, dia bersama beberapa rekannya tetap bertugas memandu pesawat udara yang datang dan berangkat dari bandara itu.  "Dinas pagi dari jam 07.00 WIB hingga 13.00 WIB. Tapi sesuai SOP (standar operasional prosedur), kami sudah harus di kantor paling lambat 06.30 WIB," sebut pria yang sudah melakoni profesi itu sejak 15,5 tahun lalu.  Supaya tidak terlambat, dia berangkat lebih pagi dari rumahnya.  Biasanya dia bangun sebelum suara azan subuh memanggil. Di hari kemenangan tersebut, dia malah bangun pukul 04.00 WIB.