Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2022

"Pulkam" Setelah Enam Tahun Pergi (3/TAMAT)

Gambar
  Atha dan bendera kebanggaannya. Foto waktu masih dua tahun. (ist) Ini masih soal perjalanan Atha dari Padang ke Lampung. Di hari kedua perjalanan, sebelum mereka sampai ditujuan, aku menghubungi Ayah Atha. Saatku telpon, mereka masih berada di daerah Banyuasin, Sumatra Selatan. Kata Ayah Atha, bus yang mereka tumpang sedang berhenti di sana. Istirahat makan siang di sebuah rumah makan. Waktu itu, sekitar pukul 12.30 WIB, saat yang tepat memang buat mengisi "sumatra tengah". Usai berbincang dengan Ayah Atha melalui teleponnya yang suaranya kadang terdengar sayup-sayup sampai, aku meminta kepadanya berbicara dengan Atha, bertanya kabar bocah 7 tahun itu. Keponakanku yang kelima ini pun tampak sumringah, terdengar dari nada suaranya yang gembira.   "Gimana, Tha? Atha mabuk, ga ?" tanyaku padanya.   " Ga , Mimi, Atha dak ada mabuk," jawabnya. Lalu dia mulai mencerocos dengan ceriwisnya.  "Mi, masa Atha boboknya di mobil. Kemarin Atha berangk

"Pulkam" Setelah Enam Tahun Pergi (2)

Gambar
Atha di rumah omanya " Yang dirasani udah sampai ternyata, Koko Atha". Begitu "caption" atau tulisan pada status WhatsApp Sinta, adek sepupu Ayah Atha yang tinggal di Lampung Tengah yang nampak di HP-ku pada Kamis (29/12/2022) malam. Ada pula foto Atha yang sedang main HP bersandar di dinding rumah Oma-nya di Poncowati. Dirasani  adalah bahasa Jawa yang kurang lebih berarti yang sedang dibicarakan. Eh kok aku tahu, hahaha, ya tahu karena dicari tahu di google. Maklum bukan Wong Java,  jadi tidak tahu artinya. Cuma paham, kalau itu bahasa Jawa, hehe.. Sesaat sebelum status itu dibuat, aku memang sedang berbincang melalui WhatsApp dengan Sinta. Dia memuji tulisan tentang Atha yang berangkat ke Lampung dengan ayah dan Pak Uwo-nya yang ku kirim ke pesan WhatsApp-nya. Dipuji begitu, jadi malu donk, hehe.. Akhirnya, aku bertanya, apakah Atha sudah sampai? "Jika sudah, tolong foto kan Athanya ya Sinta," pintaku padanya. Sepertinya Sinta belum melihat kedatangan k

"Pulkam" Setelah Enam Tahun Pergi

Gambar
Atha Rabu, 28 Desember 2022 pagi, Atha, Ayahnya dan Pak Uwo, kakak tertua ayahnya berangkat ke Poncowati, Lampung Tengah, Lampung menggunakan salah satu bus. Niat hati saya hendak melepas keberangkatannya di pool bus di Jalan S. Parman, Padang, Sumatera Barat. Tapi, kondisi kesehatan yang kurang fit, membuat saya tak bisa ke sana. Ini bakal pertama kali Atha "pulang kampung". Tepatnya ke tanah kelahirannya. Atha lahir 7 tahun lalu di Poncowati, salah satu daerah di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Ayah Atha sebenarnya berasal dari Pesisir Selatan, tapi keluarganya banyak tinggal di Lampung Tengah, tepatnya di daerah Trans Angkatan Darat (Trans AD). Saya pernah dua kali ke sana. Pertama bersama Umi, saat Atha baru beberapa hari lahir. Dari Padang, kami naik pesawat ke Jakarta. Kebetulan saya ada acara di Kemenpar RI. Usai acara melanjutkan perjalanan ke Lampung dengan Bus Damri yang bersih, lengkap dengan charger HP di setiap kursi. Kedua, setelah saya p

Kerupuk Kerak

Gambar
  Kerupuk Kerak dari kerak nasi.  Ada yang tahu cemilan ini?? Ini bukan Batiah atau Botiah, makanan yang pernah jadi ikon Kota Payakumbuh tempo doeloe. Tapi adalah kerak dari hasil menanak nasi di periuk. Masa lalu, saat keluarga kami masih hidup serba kekurangan, maka memasak nasi memakai periuk yang ditaruh di atas tungku kayu. Seluruh aktivitas memasak memang menggunakan kayu bakar. Jangan ditanya betapa sesaknya dada jika dapur dipenuhi asap dan api tak keluar akibat kayu yang dibakar masih lembap. Tapi memasak dengan tungku kayu memberi sensasi tersendiri. Salah satunya menanak nasi. Hasil nasi yang dimasak ditungku kayu malah memiliki aroma yang wangi mengundang selera. Berbeda dengan memasak dengan kompor. Bila tak pandai memakainya, maka bau minyak tanah terkadang merusak aroma nasi yang nikmat. Seingatku, keluarga kami baru memiliki kompor minyak tanah saat aku sudah menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama. Tapi, karena biaya memakai kompor lebih mahal, ma

Atha dan Imajinasinya (2)

Gambar
Gambar Atha tentang Indonesia  Atha dan gambar-gambarnya memang terkadang bikin saya terkaget-kaget, tak menyangka. Beberapa hari lalu, dia juga membuat banyak gambar.  Gambar pertama, sebuah masjid. Katanya masjid Baiturrahman di Aceh. Dia sering melihat gambar masjid yang tak terdampak tsunami itu di televisi. Makanya, Atha menjadi tahu dan selalu ingat nama masjid tersebut.  Tentang masjid, sejak kecil Atha memang sangat menyukai rumah Allah. Dia langsung tahu simbol atau gambar kubah masjid, berupa bulan dan  bintang. Langsung senang dan teriak histeris, saat lihat masjid ketika berjalan-jalan dengan Mimi atau Bunda. "Masjid, Mimi," katanya sumringah setiap kali melihat masjid.  Bahkan, dia menjuluki  Masjid Raya Sumatera Barat dengan nama masjid kapal, karena penampakan masjid itu memang terlihat seperti kapal. Kembali ke gambar buatan Atha ! Gambar keduanya adalah sebuah truk yang di atasnya ada sejumlah mobil. Jadi itu gambar truk pengangkut mobil-mobil b

Atha dan Imajinasi

Gambar
Gambar Atha masih dalam proses.  Imajinasi anak-anak kadang sulit ditebak. Seperti imajinasi Atha, salah seorang  keponakanku. Jumat (2/12/2022) sore, dia menggambar di buku gambar miliknya.  Awalnya, dia membuat rumah dengan baik. Tapi, tiba-tiba dia mencoret-coret saja bagian atap gambar rumah tersebut. Aku kaget. Lalu menegurnya. "Kenapa dicoret, Tha. Buatlah gambar yang bagus dan rapi," kataku. "Rumahnya terbakar, Mimi," jawabnya sambil terus menggambar. "Ini gambar mobil pemadam, mobil polisi dan mobil ambulans," sambungnya dengan tetap membuat  sesuatu di kertas berwarna putih  tersebut.  Ditinggal sebentar, kertas sudah penuh coretan. Ada juga gambar truknya. Truk BPBD lengkap dengan logo segitiga. Amboi....! Ada-ada saja kerja bocah 7 tahun itu.  Lebih mengagetkan lagi, dibagian  deretan  rumah hingga truk, coretan seperti batu nisan. Benar saja, katanya itu kuburan. Ada orang meninggal karena kebakaran. Subhannallah. Semoga kita semua