Sumbar, Surga yang Jatuh ke Bumi

Danau yang menjadi ikon Tour de Singkarak. (yuni) 
"Dengan Tour de Singkarak, Kita Wujudkan Sumatra Barat sebagai daerah tujuan wisata dunia".

Begitu tagline sebuah spanduk yang terpajang di sejumlah sudut jalan di hampir seluruh wilayah di Sumatra Barat (Sumbar). Hal itu, tidaklah mengherankan mengingat konsep yang diusung dalam perhelatan akbar ini selain sport (olahraga) adalah tourism (pariwisata).



Harapan menggaet para wisatawan dunia berkunjung ke ranah Minang dalam iven balap ini juga bukan sesuatu berlebihan. TdS 2013 ini diikuti 22 tim dari 26 negara. Tentu tidak berlebihan pula mereka suatu hari nanti mereka bisa menghabiskan waktu liburan di beberapa tempat wisata di Sumbar. Dengan beragam objek wisata yang dimiliki, diyakini mereka akan puas berada di sini.



Pada etape satu, Bukittinggi-Bonjol banyak objek wisata yang dapat dikunjungi masyarakat. Di Bukitinggi, selain Jam Gadang, ikon Sumatra Barat yang menjadi tempat start, di sana juga ada Ngarai Sianok, Benteng Ford de Kock, Lubang Japang, Taman Marga Satwa Kinantan, dan lainnya. Lokasinya yang berdekatan mempermudah wisatawan mengunjunginya. Semuanya akan memberikan pesona yang memikat mata setiap orang yang datang, sehingga tak salah kota dengan julukan kota wisata ini melabeli daerahnya sebagai The Dream Land of Sumatra.

Beranjak ke titik finish, ada equator. Dalam wikipedia Indonesia disebutkan equator adalah sebuah garis imajinasi yang digambar di tengah-tengah planet di antara dua kutub dan paralel terhadap poros rotasi planet. Garis ini disebut juga garis khatulistiwa. Nah, di Indonesia, cuma ada dua, yakni di Bonjol, Pasaman dan Pontianak. Ini akan menjadi sesuatu yang menarik bagi wisatawan yang menghadiri iven balap sepeda tahunan itu. Bupati Pasaman, H. Benny Utama bahkan akan memberikan sertifikat kepada para pebalap, official, dan tamu undangan lainnya, karena mereka telah datang ke tempat titik kulminasi matahari.


Di etape dua, Payakumbuh-Danau Singkarak akan banyak juga dijumpai objek wisata yang memikat. Di titik start kota botiah ada Ngalau Indah, sebuah kawasan gua yang berada di lereng Bukit Simarajo, Payakumbuh. Kota yang terkenal dengan aneka kuliner yang lezat ini berdekatan dengan Kabupaten Limapuluh Kota.


Di kabupaten ini ada objek wisata Harau dengan beberapa sarasah atau air terjun yang menawan. Daerah ini juga memiliki batuan yang tegak lurus yang bisa digunakan para pemanjat tebing sebagai lokasi climbing (pendakian). Di sini juga ada Kelok 9, jalan yang menghubungkan Sumbar dengan Provinsi Riau yang memiliki belokan sembilan buah yang menarik. Tentunya di etape ini, yang paling menarik Danau Singkarak yang menjadi nama ikon balap sepeda internasional itu.


Terus ke etape tiga, Padang Panjang- Istano Basa Pagaruyung, makin banyak pesona alam dan wisata jenis lainnya yang dijumpai. Sepanjang 206,5 km rute ini akan dijumpai, Air Terjun Lembah Anai yang di masa lalu amat terkenal sebagai salah satu ikon wisata ranah Minang. Di etape terberat ini ada Kelok 44 yang terletak di Kabupaten Agam. Di sini, tak hanya kelok yang benar-benar memberi sensasi, tapi ada Danau Maninjau yang menawan yang terkenal dengan rinyuak, ikan terkecil di dunia. Di kabupaten ini, juga banyak objek wisata yang dapat dikunjungi. Yang terbaru Danau Tarusan Kamang yang hilang dan muncul tanpa jelas waktunya.


Sepanjang jalan menuju titik finish, mata akan disuguhi pemandangan alam nan elok, bagaikansurga yang memang dijatuhkan Tuhan ke Bumi ini. Di titik finish, selain ada Istano Basa Pagaruyung, juga banyak tempat wisata lainnya di kabupaten tempat raja-raja Minangkabau bertahta itu. Sebut saja, Batu Angkek-angkek, Prasasti Aditiawarman, Batu Batikam, Ustano Rajo, dan lainnya. Tak kalah menarik di sana ada Bukik Marapalam Puncak Pato, tempat dilahirkannya falsafah hidup masyarakat Minang, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Sayang, lokasi itu yang sempat direncanakan dilewati pebalap belum bisa direalisasikan tahun ini.


Berlanjut ke Sijunjung-Pulau Punjung di Dharmasraya. Di kedua daerah yang terkenal berhawa cukup panas ini juga ada objek wisata yang tak kalah menarik dengan tiga stage sebelumnya. Salah satunya di Objek Wisata Silokek dengan Ngalau Cigak yang memikat. Di kabupaten yang dulu bernama Sawahlunto Sijunjung ini juga ada lokasi arung jeram yang benar-benar memberikan sensasi luar biasa bagi penyuka olahraga itu.


Di titik finish, Dharmasraya juga ada aneka objek wisata alam maupun sejarah. Salah satunya jejak peninggalan Kerajaan Dharmasraya itu sendiri. Rencananya menurut Sekdakabnya, Benni Muktar bila TdS bisa dilaksanakan dengan sistem sirkuit race di sana, maka objek wisata itu akan dijadikan lokasi kunjungan para pebalap.



Berakhir di etape 4, tentu lanjut ke etape lima dari tujuh etape yang dipertandingkan tahun ini. Sawahlunto yang menjadi titik start tak perlu diragukan lagi dengan objek wisatanya. Kota tambang berbudaya ini tentu masih tetap menonjolkan Wisata Lubang Tambang Mbah Suro, museum tambang, dan segala sesuatu bernuansa pertambangan sebagai ikon wisatanya. Namun, mereka terus mengembangkan wisata sebagai sektor pendongkrak ekonomi masyarakatnya yang kini nomor dua sedikit penduduk miskinnya di Indonesia,setelah Kota Denpasar, Bali. Di etape ini mata pebalap dan para official akan benar-benar dimanjakan.

Jelang garis finish di Ruang Terbuka Hijau di Muaro Labuh, Solok Selatan, banyak pemandangan alam yang memikat. Danau kembar, Danau Di Ateh dan Di Bawah akan memesonakan mata. Begitu juga hamparan sawah berjenjang nan menghijau. Sungguh cantik! Di Solok Selatan juga banyak objek wisata yang dapat dikunjungi, diantaranya seribu rumah gadang.


Puas dengan suasana pegunungan, maka di etape ke enam akan ada sesuatu yang lain. Konsep "beach to beach" yang diusung panitia begitu memikat mata. Berawal dari Pantai Gandoriah di Pariaman dan berakhir di Pantai Carocok Painan di Pesisir Selatan. Nah, etape terakhir juga tak kalah memikat. Sesungguhnya di dua daerah sentral, Padang dan Padang Pariaman ini juga banyak objek wisata. Di ibukota provinsi Sumatra Barat ada Gunung Padang dengan legenda Siti Nurbayanya, Batu Malin Kundang, Pasia Jambak, dan lainnya.


Di Padang Pariaman pun ada objek wisatanya, seperti Tirta Alami, Lubuk Bonta, Pantai Tirta, Pantai Tiram, dan lainnya. Menariknya, setiap TdS ada atraksi Baruak Mamanjek Karambia yang selalu ditampilkan. Atraksi ini selalu memikat para pengunjung.


Begitulah Sumatra Barat. Wisata tersebut baru sebagian kecil dari kekayaan ranah bundo kanduang ini. Selain wisata alam, daerah ini juga terkenal dengan wisata budaya, sejarah dan lainnya. Jadi tunggu apalagi, silahkan datang dan nikmati indahnya surga di bumi ini. (*)


Pernah dimuat di Harian Singgalang, Minggu, 2 Juni 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Abak, Emaknya dan Agresi Belanda II

Iseng Berbuah Manis

Ketika Hari Ultah Itu Belum Tiba