Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Abak

Gambar
Abak dan salah seorang  cucunya.  Abak, demikian kami memanggil orang tua lelaki kami. Aku sendiri tidak tahu, mengapa beliau dipanggil Abak. Yang pasti, sebagai anak kedua dari enam bersaudara, aku dan adik-adik hanya ikut kakak menyapa ayah dengan sebutan Abak. Sebagaimana aku ikut memanggil Umi, pada orang tua perempuan kami. Agh, tak penting pula rasanya dibahas, meskipun sampai kini aku tak tahu berasal dari mana kata Abak ini. Pastinya, beliau ayah kami, suami dari Umi, perempuan yang melahirkan enam anak perempuan dari rahimnya.

Barang Antik dan Memori Masa Lalu

Gambar
Hari ini, kembali terkenang memori masa lampau. Ini ulah, Da Yan, seorang perupa yang datang menyambangi warungku dengan membawa tiga buah benda unik, benda langka.  Langka karena aku yakin, sekarang barang itu sudah tidak dipakai lagi oleh orang-orang.  Memang Da Yan sendiri mengakui, dia dengan tidak sengaja menemukan ketiga barang tersebut di sebuah toko barang antik di Pasar Raya Padang saat mencari korek api antik.   "Beli barang antik," jawabnya saat aku bertanya dia dari mana.  Minyak rambut dan parfum Tokyo Night yang dibawa Da Yan ke kedaiku.  Barang itu, dua kaleng cantik minyak rambut merk Tokyo Night Pomade (Lavender) dan satu parfum merk Tokyo Night.  Minyak dan parfum yang konon dahoeloenya sangat digandrungi masyarakat.  Aku anggap digandrungi, karena cerita Umi, ibuku minyak rambut itu memang banyak dipakai, tidak hanya wanita, tapi juga pria.  

Lapangan PSTS dan Bang Yok

Ini masih soal Lapangan PSTS Tabing. Ingat lapangan ini, maka aku juga teringat Bang Yok, pria yang di masa kecilku sering dicap sebagai raja anak-anak. Raja anak-anak, hanya julukan saja. Aplikasinya, tidak seperti bayangan orang atau bagai kisah anak jalanan dengan bosnya yang sering ditayangkan di televisi di berbagai sinetron atau pun kisah nyata anak-anak metropolitan. Jangan bayangkan, Bang Yok, laki-laki dewasa yang kejam, memerintah anak-anak untuk bekerja dan mengambil uangnya untuk foya-foya.  Yang ada justru, Bang Yok mengajarkan anak-anak di sekitar lapangan PSTS atau acap disebut lapangan bola kepada kebaikan.  Aku yang ketika itu masih berusia sekitar empat atau lima tahun (aku kurang pasti, tapi yang jelas sebelum aku masuk taman kanak-kanak pada usia enam tahun), pernah ikutan nimbrung ketika Bang Yok bercerita. Cuma sekarang aku lupa detail ceritanya, maklum masih terlalu kecil. Yang pasti, intinya mengajak anak-anak untuk selalu hormat dan santun kepada ora

Lapangan PSTS Tabing dan Gorengan Umi

Gambar
Lapangan PSTS Tabing dengan latar belakang SMP 13 Padang. (ist) Lapangan PSTS Tabing, begitu nama lapangan sepak bola yang terletak di depan SMP 13 Padang di Jalan Hamka, Tabing, Padang, Sumatera Barat itu. Sejak aku lahir hingga kini, tetap itu nama lapangannya, tidak berubah, meski kadang lebih sering disebut lapangan bola saja. Beberapa hari terakhir, lapangan ini sedang ramai-ramainya. Betapa tidak, sekarang lapangan sedang dipakai untuk pertandingan sepak bola dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov). Aku memang belum ke sana, sejak pertandingan dimulai, tapi selalu ada yang menyampaikan, lapangan penuh sesak. Banyak penonton yang menyaksikan jalannya pertandingan. Aghhh, kalau begini, jiwa dagangku langsung bergejolak. Ingin rasanya, ikut pula berjualan di sana. Pikiranku jadi melayang ke masa berpuluh tahun lalu, saat keluarga kami mengontrak rumah di sekitar lapangan bola. Saat itu, kalau di lapangan ada keramaian, aku dan kakakku serta Abak dan Adikku nomor tiga selalu berjuala