Aku, TVRI Sumbar dan Pers

Bersama Kak Febri, Uni Nita Indrawati, dan pengisi acara lainnya. Yang masih muda itu penyanyinya. 



Kamis, 9 Februari aku mendapatkan kehormatan menjadi narasumber dalam "Perempuan", sebuah acara di TVRI Sumatra Barat. Kali itu Perempuan mengangkat tema Jurnalis Perempuan. Maka dihadirkanlah dua perempuan jurnalis, Pemimpin Redaksi PadangMedia.com, Nita Indrawati Arifin dan saya dari Harian Singgalang. 


Meski hanya lingkup Sumbar, namun saya merasa bangga bisa diundang di acara yang dipandu, Kak Febri, presenter TVRI Sumbar yang dulu saya kenal sebagai reporter TVRI Sumbar. Di sana, saya dan narasumber lainnya bercerita suka dan duka yang dijalani sebagai wartawan atau pekerja media. 

Kisah saya mungkin tidak semengerikan kisah Uni Nita yang sampai babak belur di hajar massa tatkala mencari berita. Mungkin ini disebabkan perbedaan era. Saya baru memulai karir jurnalistik pada 2002, saat kebebasan pers sudah lahir. Sementara Uni Nita menurut kisah perjalanan yang ditayangkan sebelum dialog, telah menjalani profesi ini selama 25 tahun atau hampir setengah dari usianya. 

Kembali ke masalah duka bekerja di media massa bagi saya memang ada, salah satunya ancaman dari narasumber yang sempat membuat keder. Namun tak menyurutkan langkah membuka sebuah fakta atau kebenaran. Bila ditanya takut, sejujurnya ada juga rasa takut itu dan menurut saya itu sangat manusiawi.

Bagaimanapun, wartawan tetap manusia, punya kekurangan dan ini selalu saya katakan pada siapapun. Bukan karena saya takut kalau ketahuan ilmu yang saya miliki itu sedikit, tapi karena memang wartawan memang punya keterbatasan. 

Selama ini, banyak anggapan wartawan manusia super yang tahu segalanya. Tapi menurut saya, sebagai manusia dia tetap memiliki sisi lemah dan kekurangan. Di media massa sendiri wartawan juga dibagi pada desk atau kelompok kerja. Ada yang diposkan di ekonomi, ada politik, pemerintahan, sosial, budaya, dan lainnya. Meski ini tujuannya lebih dalam upaya memfokuskan liputan, tapi bila dipandang lebih jauh menurut saya juga bagian dari bahwa wartawan bukan manusia super yang bisa mengerjakan semua bagian. Ini memang tak perlu diperdebatkan. Cuma bagian dari curahan hati saya tentang sikap orang lain yang menyuperkan wartawan. 

Tapi tak soal, paling tidak ada penghormatan terhadap profesi yang saya jalani sejak 10 tahun terakhir. Kembali ke acara Perempuan TVRI. Saat saya ditanya tentang peristiwa paling berkesan jujur saya agak susah menjelaskan, meski waktu itu saya menyebutkan kisah seorang ibu yang berjuang agar anaknya bisa kuliah. Kisah sang ibu memang sangat berkesan, karena mengingatkan saya akan perjuangan Ummi, ibu saya yang juga gigih berjuang demi kami anak-anaknya. 

Sebenarnya hampir setiap detik dalam karir jurnalistik saya memberikan kesan teramat mendalam. Pada gempa September 2009 silam, saya yang juga liputan masalah perikanan dan kelautan sempat dikira teman-teman saya ikut tertimbun di Ambacang Hotel yang ambruk saat gempa. Ketika itu, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar memang sedang mengadakan pelatihan bagi para usahawan dari sektor UMKM. Hanya saja, Kepala DKP Sumbar, Ir. Yosmeri memang saat itu tak mengundang saya seperti sebelum-sebelumnya. Jadilah saya sempat dikira tertimbun di sana pula oleh kawan-kawan yang katanya sempat melihat daftar nama korban di Rumah Sakit Dr. M. Djamil, Padang. 

Keluar negeri
Selain peristiwa itu, kenangan berkesan lainnya adalah berkunjung ke luar negeri. Saat ini, negara yang baru saya kunjungi hanya Singapura dan Malaysia. Ini sempat saya uraikan di dalam dialog itu. Ke Malaysia, saya sudah dua kali, 2008 dan 2010 lalu. Awal ke negeri jiran yang sering berseteru masalah kebudayaan dengan negara kita tercinta Indonesia tak saya sangka-sangka, meski saya sangat berhasrat ke sana. Sebab di sana banyak juga sanak famili saya yang dapat dikunjungi. Keberangkatan saya ke sana atas undangan pengusaha Minangkabau asal Padang Sibusuk, Sijunjung. 

Beliau mengundang saya ke sana karena terkesan dengan tulisan saya tentang dirinya yang ditulis di halaman satu harian Singgalang. Tulisan sederhana tentang lika liku kehidupan pengusaha restoran tersebut akhirnya membawa saya ke negeri Abdullah Badawi itu, meski untuk kesana ada beberapa hambatan yang harus saya lewati. Hambatan apa tak bisa saya uraikan, karena ini berkait dengan orang lain. Biarlah menjadi rahasia saya saja. 

Kisah tentang kepergian ini memang tak saya uraikan dalam Perempuan, karena sebenarnya memang banyak peristiwa-peristiwa berkesan dalam karir saya ini. Pulang malam sampai dini hari dan kembali bekerja lagi pada pagi harinya menjadi sesuatu yang biasa. Lelah tentu saja, tapi hidup adalah pilihan dan ini jalan yang saat ini saya pilih sebagai masa depan saya. Tidak tahu ke depan bagaimana. Pastinya semua saya jalani dengan enjoi, walau perjalanan ini tak mulus. Cukup banyak onak duri dan "jalan berlobang" yang merintangi. Hanya satu tekad saya, berhasil mencapai akhirnya dengan bahagia. Mohon doanya,hehehe.. 

Untuk kamu-kamu yang ingin berprofesi seperti saya, tidak perlu takut. Pulang malam, banyak rintangan, semua itu menurut saya bagian dari sebuah ujian. Jika mampu melewatinya, berarti kita akan menjadi pemenang. Asalkan tidak sombong, maka saya yakin kita akan selalu dalam lindungan Allah SWT. Pengalaman saya memang belum seberapa dalam bidang ini, tapi cukuplah untuk bisa mengerti apa yang harus dimiliki seorang wartawan. 

Seperti saya uraikan di Perempuan, wartawan memang harus membekali diri dengan ilmu. Banyak membaca adalah salah satu kuncinya. Selain itu, dalam mewawancarai narasumber kita tak hanya harus bisa memahami karakter si sumber, tapi juga harus bisa mengerti apa yang akan kita tanyakan kepadanya atau arti kata memahami masalah. Bila kita tak paham, maka sulit bagi kita menguraikan menjadi sebuah berita. 

Jangan segan-segan bertanya lebih detail kepada narasumber, karena itu akan memperkaya tulisan atau berita yang kita tulis. Arti kata jangan sok tahu atau sok mantap. Kalau sok mantap hanya akan merugikan diri sendiri. Berita atau tulisan yang ditulis menjadi dangkal dan bisa jadi kurang dipahami masyarakat sebagai penerima informasi. Aghh.., banyak hal yang sebenarnya ingin saya uraikan, tapi nanti dilain tulisan akan saya beberkan. Saya lelah dan mengantuk karena seharian bekerja. Selamat malam semuanya. Nice dream yah...!!

Postingan populer dari blog ini

Abak, Emaknya dan Agresi Belanda II

Iseng Berbuah Manis

Ketika Hari Ultah Itu Belum Tiba