Atha, Perpisahan TK dan Pak Wako

 






Atha dan Walikota Padang, Hendra Septa. 





Sebuah pesan gambar masuk ke whatsapp-ku Rabu, 15 Juni 2022 siang saat sedang duduk, makan di sebuah kafe di GOR H. Agus Salim, Padang bersama seorang teman. Pesan dari Bunda Atha.

 
Gambar itu memperlihatkan Atha sedang dipegang Walikota (Wako) Padang, Hendra Septa. Wooow!! Mantap!! Seruku saat itu. Atha berfoto dengan orang nomor satu di Kota Tercinta ini di sela acara perpisahan murid Taman Kanak-kanak se-Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat.


Atha saat acara itu hanya ditemani gurunya. Tak ada Bundanya, juga aku. Tapi, Atha di acara itu tetap tampil bagus membacakan surat An Naba, salah satu surat dalam juz 30. Alhamdulillah!


Sehari sebelumnya, Bunda Atha sudah memberitahuku soal acara itu, dia mau minta tolong mengabadikan kegiatan Atha.
Cuma, kemarin belum pasti, apakah sekolah Atha TK PAUD Bougenvile di Sungai Lareh, Kelurahan Lubuk Minturun akan ikut. Bu Guru, Selasa, 14 Juni 2022 masih di Jakarta. "Belum pasti juga, Bu Guru masih di Jakarta," kata Bunda Atha ragu.


Aku bingung bagaimana cara membantu Bunda Atha yang tak punya peralatan untuk mengabadikan kegiatan perpisahan itu. Pertama, karena jadwalnya yang belum pasti. Di sisi lain, aku sudah janji membantu adek seorang kawan dan janjinya pukul 10.00 WIB. Aghhh.. galau!!


Meski galau, aku akhirnya berangkat juga ke Terminal Anak Air. Turun dari Bus Trans Padang, langsung menuju ruangan tunggu terminal. Banyak anak-anak, guru dan juga orang tuanya. Meski gedung terminal yang luas itu tak penuh, tetap susah juga mencari Atha di keramaian.

 
Kucoba mengendar pandang ke seluruh ruangan dan memperhatikan satu demi satu anak yang ada di sana. Nihil.
Bunda Atha sudah memberi nomor handphone guru. Cuma aku telpon, tak diangkat. Whatsapp belum dibalas.




Atha dengan latarbelakang panggung acara perpisahan.




 
Lalu sambil menjepret beberapa momen, aku bergerak ke sudut ruangan. Di sana, ada humas Pemko Padang. Aku menyapa dan bertanya, siapa yang datang. Dia menjawab nama sebuah media. Aku jawab, bukan wartawan, tapi pejabat. Lalu dijawabnya lagi, bapak walikota. Hanya saja, sampai aku pergi sekira pukul setengah 10.00 WIB belum nampak walikota datang.


Singkat cerita, bersua juga aku dengan Atha dan gurunya. Rupanya posisi mereka tak jauh dari aku menyapa si bapak humas. Bu guru yang tak mengenal aku, sempat melongo melihat Atha, aku pegang. Aku perkenalkan diri sebagai saudara bunda Atha. "Saya saudara Bunda Atha, Bu. Tadi saya mengirimi Ibu pesan di WA," kata saya.
Di panggung, acara baru dimulai. Sejumlah anak mulai tampil. Begitu juga guru-guru. "Kapan Atha, tampil, Bu?" tanya saya.
"Saya belum dapat lot-nya," jawabnya.

 
Kemudian seorang kawan yang berkata, sekolah Atha tampil di nomor 11. Wah, pasti sangat lama. Apalagi, acara baru saja dimulai pada pukul 10.00 WIB. Akhirnya, dengan berat hati, saya berpamitan dengan bu guru. Di satu sisi, saya mau melihat Atha tampil, tapi di sisi lain, saya tak mau ingkar janji dengan orang yang saya sudah berjanji padanya. Meski telat, saya tetap harus menemuinya dengan terlebih dahulu berkabar, saya telat dari jadwal yang dijanjikan.




Atha, bu guru dan peserta perpisahan lainnya.





"Tolong divideokan penampilan Atha nanti ya, Bu," harap saya kepada bu guru.
"Iya, semoga memori HP saya cukup," jawabnya pula.


Hingga akhirnya, siang itu, saat makan siang, saya menerima kiriman gambar tersebut. Meski tak bersama saya atau pun bundanya, Atha tetap bisa tampil maksimal dan bisa pula mengabadikan diri dengan orang nomor satu di Kota Bingkuang. 

Doa Bu Guru, semoga Atha nanti juga jadi pemimpin rakyat. Doa yang sama dengan cita-cita masa kecil Atha, menjadi Presiden Republik Indonesia, negara yang amat dia cinta.

Muara Kasang
Tuntas Pukul 23.07 WIB
Rabu, 15 Juni 2022











 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Abak, Emaknya dan Agresi Belanda II

Iseng Berbuah Manis

Ketika Hari Ultah Itu Belum Tiba