Terbuka, Komunikatif dan Empati Cara Sukses Satake Bayu Jadi Polisi

 

Kombes Pol. Satake Bayu



Terbuka dan komunikatif adalah kunci sukses Kombes Pol. Stefanus Satake Bayu, SIK.MSi., menjadi Kabid Humas Polda Sumatra Barat (Sumbar) sejak menjabat posisi tersebut lebih dari dua tahun terakhir. Transparansi yang ditunjukkan menurutnya memang menjadi komitmen bersama demi terwujudnya polisi yang presisi. 


"Keterbukaan itu adalah komitmen bersama, karena transparansi juga sebagai pembelajaran dan bagian dari koreksi media kepada tugas dan fungsi kami," kata Satake Bayu.
Pria kelahiran Bekasi, 25 November 1968 ini memang tak ragu menyampaikan berbagai informasi tentang kepolisian, tak terkecuali berita pemberian "punishment" atau sanksi terhadap polisi nakal. "Di satu sisi sebagai pembelajaran bagi rekan-rekannya supaya tak berbuat nakal dan sisi lainnya  masyarakat  tahu bahwa kepolisian tak ragu menindak dan memberi sanksi tegas untuk polisi nakal," terangnya.


Polisi sebagai pelindung dan pengayom  masyarakat menurutnya harus membangun empati terhadap masyarakat. Bila ada yang mengadu atau melapor hal yang menimpa mereka, maka polisi menurutnya harus dapat memposisikan diri sebagai warga dimaksud, sehingga bisa memberikan pelayanan yang baik. Bukan sebaliknya, bersikap sombong dan arogan.
Dirinya yang saat ini berpangkat komisaris besar (Kombes) ditegaskannya tak mau bersikap  angkuh dan selalu minta dilayani. Dalam berbagai kesempatan, baik bertemu dengan masyarakat,  tokoh masyarakat, jurnalis dan lainnya, dia selalu membaur dan memposisikan diri  layaknya orang-orang yang bersamanya. "Tidak usah tunjukkan jika kita polisi saat berkumpul dengan masyarakat, itu harus dihilangkan supaya bisa bersahabat dengan mereka," katanya.


Maka tak salah, bila Satake sangat disenangi. Terutama di kalangan para wartawan. Dia dikenal supel, murah senyum dan selalu ramah melayani pertanyaan demi pertanyaan yang ditanyakan kepadanya. "Saya berusaha membuka diri saat  berkomunikasi dengan rekan-rekan media. 


Informasi apa yang ditanyakan dikasih, karena kami menyadari media itu penting untuk mengedukasi masyarakat, misalnya tentang cara masuk jadi polisi, cara mengurus SIM, dan lainnya," tutur lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1992 ini.


Bagi kepolisian lanjutnya, media juga penting untuk membantu menyebar informasi tentang kinerja kepolisian dalam melayani masyarakat dan memberikan rasa aman bagi warga. 
Satake Bayu sendiri sejak kecil bercita-cita jadi prajurit. Tinggal di Magelang yang terkenal sebagai kota tentara dan sering merasakan fasilitas berupa tempat olahraga di kawasan itu makin membulatkan tekadnya jadi tentara. Ditambah lagi, kakaknya juga sukses lolos sebagai tentara dan kini sudah berpangkat Brigjen atau bintang satu. 


Dua kali mencoba peruntungan masuk Akmil, akhirnya dia diterima. Tapi, hasil psikotest menunjukkan dia lebih cocok jadi polisi, sehingga dia pun harus menjalankan takdir dari Tuhan sebagai polisi. "Jadi waktu itu masih Akmil, pas test psikotest hasilnya saya lebih cocok jadi polisi," terangnya.
Setelah penempatan pertama di Polda Nusra yang sekarang dikenal sebagai Polda Bali, karirnya terus menanjak. Berbagai posisi pernah dijabat putra almarhum Siswoyo dan Ambarwati hingga berlabuh ke Sumatra Barat, daerah yang dulu asing baginya. 

Bertemu penulis.



Digembleng
Kini, setelah lebih dua tahun berdinas  di Sumatra Barat, Satake Bayu akan pindah tugas ke Polda Bali, Polda tempat pertama dia berdinas diawal karir sebagai polisi selepas pendidikan di Akmil. Hal itu sesuai dengan surat telegram dari Kapolri tertanggal 20 Juni 2022 lalu.


Satake mengaku ada rasa sedih tergurat dalam hatinya begitu tahu akan meninggalkan daerah ini. Sedih, karena banyak kenangan indah yang terukir  di masa tugasnya di Ranah Minang. "Ya, ada rasa sedih juga. Di sini, teman-teman, terutama wartawan banyak membantu tugas saya sebagai Kabid Humas, sehingga saya betah di sini, dan Sumbar juga terasa teduh dan aman, meski angka kriminalitasnya cukup tinggi," tutur ayah tiga anak ini.


Sumbar diakuinya akan melekat selalu dalam hati  dan ingatannya, karena di daerah ini dia digembleng  dan ditempa  menjadi  pimpinan humas. "Ini pertama kali saya jadi Kabid Humas dan nanti di Polda Bali, saya juga kembali dipercaya jadi Kabid Humas," terangnya.


Makanya, mantan Dirpamobvit Polda Gorontalo itu menganggap Sumbar sebagai tempat penempaannya sebagai Kabid Humas. Di daerah ini, dia mengasah kemampuannya menjadi corong  bagi koorps  Bhayangkara. 


Mantan Kapolres Bitung, Polda Sulawesi Utara itu mengaku pada mulanya ada kegamangan saat  menjalankan tugas sebagai Kabid Humas. Namun seiring berjalan waktu, dia dapat menyesuaikan diri dan bisa melaksanakan tugas dengan baik. Harapannya saat berdinas di Polda Bali nanti, dia bisa lebih baik lagi. Semoga! (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Abak, Emaknya dan Agresi Belanda II

Iseng Berbuah Manis

Ketika Hari Ultah Itu Belum Tiba