"Pulkam" Setelah Enam Tahun Pergi (3/TAMAT)

 Atha dan bendera kebanggaannya. Foto waktu masih dua tahun. (ist)



Ini masih soal perjalanan Atha dari Padang ke Lampung. Di hari kedua perjalanan, sebelum mereka sampai ditujuan, aku menghubungi Ayah Atha. Saatku telpon, mereka masih berada di daerah Banyuasin, Sumatra Selatan.

Kata Ayah Atha, bus yang mereka tumpang sedang berhenti di sana. Istirahat makan siang di sebuah rumah makan. Waktu itu, sekitar pukul 12.30 WIB, saat yang tepat memang buat mengisi "sumatra tengah".

Usai berbincang dengan Ayah Atha melalui teleponnya yang suaranya kadang terdengar sayup-sayup sampai, aku meminta kepadanya berbicara dengan Atha, bertanya kabar bocah 7 tahun itu.

Keponakanku yang kelima ini pun tampak sumringah, terdengar dari nada suaranya yang gembira.
 
"Gimana, Tha? Atha mabuk, ga?" tanyaku padanya.
 
"Ga, Mimi, Atha dak ada mabuk," jawabnya.

Lalu dia mulai mencerocos dengan ceriwisnya. 

"Mi, masa Atha boboknya di mobil. Kemarin Atha berangkat, terus sudah malam saja, terus Atha tidur. Eh, kata Ayah, pas bangun sudah pagi," katanya tanpa berhenti.

"Ya, iyalah, kan kampung Atha sama Ayah, jauh," jawabku lagi.
 
"Iya, lama," sahutnya pula.

Lalu dia bercerita dibelikan ayah bakso, makanan kesukaannya. Soal daging bercampur tepung itu, memang tak perlu ditanya, Atha sangat-sangat suka. Kalau ada sepanjang hari, pasti dia akan terus menyantapnya dan tak bosan. Begitu juga dengan Sate Padang dan gorengan. Jangan ditanya, jika ada di hadapannya, pasti ludes dalam sekejap. Hahaha..Ups..!

Puas mendengar cerita si bocah, aku memintanya mengembalikan HP ke Ayahnya. Lalu, aku tanyakan, mengapa masih berhenti di rumah makan? "Bukan seharusnya hampir sampai," tanyaku.

Maka, Ayah Atha pun bercerita. Sebenarnya jika tak terjebak macet dan tak ada yang wafat di bus, mungkin rombongannya sudah sampai di Lampung Tengah. Yah, ada seorang perempuan bersama anaknya berangkat dari Padang hendak ke Jakarta. Sebenarnya menurut iparku ini, sejak di Rumah Makan di Gunung Medan, tempat perhentian pertama dari perjalanan di Padang, ibu yang wafat itu terlihat sudah menunjukkan rasa sakit.

Kabarnya seseorang menawarkannya untuk kembali ke Padang. Namun, dia memilih melanjutkan perjalanan ke Jakarta, hingga di Banyuasin itu, dia ketahuan wafat. "Innalillahi wainna illahi rojiun, setiap yang bernyawa akan kembali padaNya".

Setelah dicek oleh petugas kesehatan, akhirnya jenazahnya dibawa ke Padang dengan ambulance. "Ada empat bus yang berkonvoi. Jadi sekarang sedang menunggu ambulance untuk membawa mayat ke Padang," cerita iparku itu.

Yang wafat tidak di bus mereka. Namun, memang bus-bus dari Padang hendak ke Jakarta dan sebaliknya selalu bersama, rombongan melintasi jalan lintas Sumatra tersebut. Konon kabarnya untuk mengantisipasi bajing loncat yang dulu sering meresahkan pengguna jalan.

Bila berkonvoi ramai-ramai, Insya Allah mereka bisa sampai tanpa gangguan di perjalanan lintas Sumatra yang dulu sangat sepi. Sekarang sepertinya sudah mulai ramai, rumah penduduk juga banyak dan lagi ada tol yang memperpendek jarak tempuh.

Alhamdulillah, rombongan Atha sampai dengan selamat di Poncowati, Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Mereka disambut hangat keluarga yang sudah lama merindukan kehadirannya. Makan bersama, berbagi cerita adalah hal yang paling menyenangkan.

Terpenting lagi Atha kembali bersua Oma-nya yang masih bolak balik check up ke rumah sakit. Semoga rasa sakit yang dirasakan Oma berkurang setelah bertemu anak cucunya, meski tak lengkap. Amiin..

Sekian saja kisah perjalanan ini, karena Atha kabarnya asyik main dengan sepupunya, hehe..Insya Allah, perjalanan kembali ke Padang nantinya aman, lancar dan selamat hingga sampai di rumah. Amin amin ya rabbal alamin.. !! (Tamat)

















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Abak, Emaknya dan Agresi Belanda II

Iseng Berbuah Manis

Ketika Hari Ultah Itu Belum Tiba