Rendang




Rendang





Mie Goreng Rendang. Sejak beberapa hari terakhir mie instans itu mulai beredar di Kota Padang. Persisnya saya tak tahu. Yang jelas warung kecil milik kami juga mulai menjual produk mie instans itu.


Kalau di Jakarta, sejak akhir 2011 lalu saya sudah melihat iklannya menghiasi berbagai sudut ibukota Indonesia ketika saya untuk kesekian kalinya ke sana.

Sepertinya produsen produk tersebut juga tak mau ketinggalan mengembangkan makanan terenak di dunia itu. Meski bukan rendang asli, yakni campuran daging dengan bumbunya yang enak, paling tidak partisipasinya mengingatkan akan enak dan gurihnya makanan khas ranah Minang ini.


Rendang Padang, demikian banyak orang di luar Sumatra Barat menyebutnya. Walau sebenarnya tidak cuma di Padang, tapi hampir di seluruh Sumatra Barat atau ranah Minang ini penduduknya bisa memasak rendang. 


Tapi tak apalah, karena memang nama Padang sudah mengakar di luar Sumatra Barat sebagai sebutan bagi Minangkabau. Padahal, Padang sendiri adalah ibukota Sumatra Barat atau satu dari 19 kabupaten dan kota di daerah ini yang penduduknya mayoritas orang Minangkabau. Selain orang Minang, Sumatra Barat juga dihuni oleh orang batak, orang Jawa, bahkan orang China serta suku bangsa Indonesia lainnya.

Kembali ke Rendang Padang, sepertinya produsen mie instans terinspirasi melahirkan sebuah produk mie instans dari survei CNN yang menempatkan rendang sebagai makanan terenak di dunia. Tapi apapun alasannya ini amat penting bagi keberlangsungan makanan khas ranah Minang ini.

Soal keenakan rendang memang tak perlu diragukan lagi. Hampir semua rumah makanan Padang di berbagai daerah di Indonesia, bahkan dunia menyediakan makanan terenak tersebut di rumah makan mereka. Bagi saya pribadi rendang memang bagian dari makanan terfavorit, terutama jika ibu saya yang memasaknya. Rasanya gurih sekali. Malah rasanya makin enak setelah beberapa hari di masak.

Hasil survei memang agak menyentak dunia, meski rendang sebenarnya bukan sesuatu yang asing. Media tempat saya bekerja beberapa hari berturut-turut menyajikan tentang rendang. Sumbernya para produsen rendang yang masakannya bahkan sampai dikirim ke berbagai negara.

Di Sumbar sejak hasil survei, rendang menjadi euforia. Bahkan Pemko Padang dan Pemprov Sumbar sengaja memperlombakan memasak rendang. Maka berlomba-lomba lah kaum ibu memasak daging dengan campuran santan dan berbagai rempah menjadi rendang yang enak. Gubernur Sumatra Barat, H. Irwan Prayitno pun tak ketinggalan mengomentari rendang dengan tulisannya menghiasi berbagai media lokal. Rendang benar-benar jadi idola beberapa waktu lalu.

Kini rendang hadir lagi di Padang dalam bentuk mie instan. Soal rasanya apa persis sama atau tidak saya belum lagi mencicipinya. Tulisan saya terinsiprasi saat salah seorang adik saya memamerkan mie instans rendang yang dibawanya dari kedai kami.

Amboi, soal rasa ini saya jadi teringat pula saat makan di sebuah restoran siap saji sehabis lebaran lalu. Restoran spesialis ayam tersebut juga menjual salah satu menu ayam yang katanya rasa rendang. Tapi setelah saya cicipi, rasanya lebih ke rasa kare, makanan dari India.

Agh, sudahlah paling tidak kini rendang makin terkenal dengan survei CNN di 2011 lalu. Saya berharap, Pemerintah Provinsi Sumbar segera mematenkannya sebagai kekayaan ranah Minangkabau yang beragam dan tidak hanya menjadikannya sebagai euforia sesaat saja. Tentunya agar tak ada yang mengklaim sebagai hasil kekayaan negaranya. *

Ditulis dikamarku nan indah,14 Januari 2012


Postingan populer dari blog ini

Abak, Emaknya dan Agresi Belanda II

Iseng Berbuah Manis

Ketika Hari Ultah Itu Belum Tiba